Tuesday, February 28, 2006

Ali Baba dan Qasim

Ada dua saudara yang nasibnya berlainan. Ali Baba, sang adik, hidup papadan merana. Sang kakak, Qasim, hidup senang berlimpah harta. Satu hari,Ali Baba pergi ke gurun pasir, tak disangka ia bertemu rombonganpenyamun yang menuju sebuah pintu batu dan mengucapkan kata saktisehingga pintu itu terbuka. Ali Baba yang bersembunyi memperhatikandengan seksama kelakuan para penyamun itu.

Ketika para penyamun itu keluar, pimpinannya lagi-lagi mengucapkan katasakti yg sama sehingga pintu batu kembali tertutup. Setelah rombonganpenyamun itu pergi, Ali Baba dengan rasa ingin tahu yang besar mulaimendekati pintu batu itu. Ia ucapkan kata sakti yang tadi didengarnya.

AliBaba terkejut ketika pintu batu itu terbuka. Ia lebih terkejut lagi ketikamendapati emas dan perhiasan serta barang-barang yang mahal didalam guaitu. Rupanya, itulah tempat persembunyian atau "gudang harta" parapenyamun selama turun temurun dari generasi ke generasi.Ali Baba mengambil harta itu secukupnya lalu pulang ke rumah. Sayang,akibat keteledoran isterinya, sangkakak, Qasim, mengetahui perubahan yangterjadidengan hidup adiknya itu. Ali Baba yang dulunya miskin kini menjadihidup lebih dari cukup.

Terdorong rasa iri hati yang menjulang, Qasim bertanya hal ihwal kekayaanadiknya. Ali Baba, terdorong rasa sayang pada kakaknya, menceritakanrahasianya termasuk kata sakti untuk membuka pintu batu.

Malam itu juga, Qasim segera pergi ke "gudang harta" para penyamun itu.Dengan lancar ia ucapkan kata sakti itu. Pintu terbuka. Qasim terperangah.Matanya langsung silau dengan kepingan emas dan barang berharga lainnya.Tak henti-hentinya ia pandangi limpahan harta itu. Lama ia berdirimengagumi barang mewah yang kini tergeletak didepannya.

Qasim segera sadar dan mulailah ia dengan bernafsu mengumpulkankepingan emas itu. Ketika telah penuh karung-karung kosong yang ia bawa;ketika peluh telah membasahi tubuhnya, ketika ia telah puas mengagumiharta itu, ia pun hendak keluar. Akan tetapi, kerongkongannya tercekat! Ialupa kata sakti yang harus diucapkan untuk membuka pintu batu.

Sementara itu, rombongan penyamun telah kembali datang. Sang kepalapenyamun mengucapkan kata sakti dan terbukalah pintu batu. Mereka kagetketika mendapati Qasim di dalam "gudang harta" mereka. Qasim yangtertangkap basah hanya bisa pasrah. Nasib Qasim selanjutnya sudah bisa kitatebak.

Kisah Ali Baba dan Qasim di atas merupakan salah satu kisah yang terdapatdalam "Kisah Seribu Satu Malam". Sebagaimana kisah-kisah yang lain,sebenarnya, dongeng di atas mengajarkan kita banyak hal, asalkan kita maumembaca yang tersirat.

Boleh jadi, pengetahuan yang kita miliki sama. Boleh jadi, kita sama-samamengetahui rahasia ilahi; boleh jadi pula kita sama-sama hafal kata sakti atauayat ilahi. Namun, kesucian hatilah yang membedakan kita.

Ali Baba tidak silau dengan harta duniawi. Sementara itu, meskipun Qasimsudah diberi tahu kata sakti, ketika ia silau dengan harta duniawi, mendadakia lupa kata sakti itu. Pikirannya hanya dipenuhi dengan harta dan harta.Kerakusannya membuat ia memenuhi isi kepalanya dengan segudangrencana. Mungkin ia berencana membangun real estat, boleh jadi iaberencana membangun pusat-pusat pertokoan. Siapa tahu ia juga berencanamembangun jalan tol yang menghubungkan satu kota dengan kota lain dansetiap yang lewat akan dimintakan bayaran. Ketika isi kepalanya penuhdengan hal-hal itu, ia menjadi lupa akan kata sakti.

Ayat Ilahi, atau yang disimbolkan dengan kata sakti di atas, hanya akanmenghampiri mereka yang suci hatinya. Boleh jadi, kita sama-sama tahumakna ayat Ilahi, namun nasib kita bisa berbeda.Tinggal pilih: mau menjadiAli Baba atau Qasim?

Saturday, February 25, 2006

Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'ait

Kehidupannya (Ummu Kultsum) adalah contoh pengorbanan danjihad fi sabilillah (di jalan Allah). Dalam Thabaqaat Ibnu Sa'adberkata :"Dia adalah wanita pertama yang hijrah ke Madinah setelahhijrah Nabi SAW dan para shahabatnya. Kami tidak mengetahui seorangwanita Muslim Quraisy yang keluar dari kedua orang tuanya dan hijrahkepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Ummu Kultsum."

Dia keluar dari Mekkah sendirian dan ditemani oleh seoranglaki-laki dari Khuza'ah hingga tiba di Madinah pada waktu gencatansenjata. Dia dikejar oleh kedua orang saudaranya. Kedua orang itutiba pada hari kedua setelah kedatangannya. Keduanya berkata :"HaiMuhammad, kami menuntuk syarat, maka penuhilah syarat itu." MakaUmmu Kultsum berkata :"Wahai, Rasulullah, aku seorang wanita. Wanitaitu lemah. Aku khawatir mereka mengganggu dalam agamaku,sedangkan akutidak sabar, sehingga Allah membatalkan janji pada wanita."

Kemudian Allah SWT menurunkan ayat Imtihan (ujian) danmemutuskan dengan keputusan yang mereka sama-sama menyepakatinya.Disebutkan :"Hai, orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrahkepadamu wanita yang beriman, maka hendaklah kami uji (keimanan)mereka...." dan seterusnya, dua ayat (QS. Al-Mumtahanah, 60:10-11)Kemudian Rasulullah SAW menguji dia dan wanita-wanita sesudahnya :"Tidaklah kalian keluar, kecuali karena cinta Allah dan Rasul-Nyaserta Islam, bukan karena cinta suami dan harta." Apabila merekamengatakan hal itu, maka mereka tidak dikembalikan.

Ibnu Sa'ad berkata : Karena tidak mempunyai suami di Mekkah,maka dia pun dinikahi oleh Zaid, Az-Zubair, Abdurrahman bin Auf, laluAmru bin Ash, kemudian wafat sebagai isterinya.

Sesungguhnya, ketika masih muda dan belum menikah, dia tidakpernah berpisah dari ayah-bundanya. Kemudian iman memasuki hatinya,maka dia keluar dari Mekkah sendirian dan hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya SAW. Kedua saudaranya mengejar untuk mengajak dia kembali.

Pada waktu itu Rasulullah SAW telah berdamai dengan Quraisypada persetujuan Hudaibiah dengan syarat beliau setuju mengembalikanorang-orang Muslim yang datang kepada mereka. Ketika para wanita datangkepadanya, Allah tidak setuju Nabi SAW mengembalikan kepada kaum Musyrikin,maka turunlah ayat-ayat yang menyuruh menguji mereka :(Maka ujilah keimananmereka) dengan bersumpah :Apakah mereka wanita Muslim yang sebenarnya atautidak ?

"Adalah Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith termasuk orang-orang yang keluar kepada Rasulullah SAW dan waktu itu dia masih muda belia.Kemudian keluarganya datang meminta kepada Rasulullah SAW agar mengembalikankepada mereka, sehingga Allah SWT menurunkan ayat-ayat tentang wanita-wanitaberiman." (HR Bukhari dari Al-Miswar bin Makhramah) Dalam Siyar A'laamin Nubala', Imam Adz-Dzahabi berkata :Ummu Kultsumbin Uqbah bin Abi Mu'aith masuk Islam dan berbai'at. Dia tidak sempat hijrahhingga tahun 7 Hijriah, dan keluarnya di jaman perdamaian Hudaibiah. Keduasaudaranya adalah :"Al-Walid dan Ammaroh.

Ummu Kultsum lulus dalam ujian dan berhasil menyelamatkan agamanyadari kaumnya. Diriwayatkan :Ujian itu dilakukan dengan cara mengucapkansumpah :"Aku tidak keluar,kecuali karena mencintai Allah dan Rasul-Nya, danaku tidak keluar untuk mencari dunia maupun membenci suami." Ada yang menga-takan :"Kami bersaksi dengan perkataan yang baik. Aku telah bersaksi dihadapan beberapa saksi : Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwaMuhammad adalah Rasulullah SAW."

Ummu Kultsum mempunyai kedudukan mulia di antara kaum Muslimin. Halitu menjadi jelas dari riwayat sebagaimana dalam Al-Ishaabah dan diriwayat-kan oleh Ibnu Mandah, bahwa Umar bin Khaththab r.a. bertanya kepada UmmuKultsum binti Uqbah, isteri Abdurrahman bin Auf :"Apakah Rasulullah SAW ber-kata kepadamu :"Nikahilah pemimpin kaum Muslimin, Abdurrahman bin Auf ?"Ummu Kultsum menjawab:"Ya."

Haditsnya terdapat dalam Shahihain dan ketiga kitab Sunan, diaberkata :"Aku tidak mendengar Nabi SAW mengizinkan suatu dusta dalamperkataan yang diucapkan orang-orang, kecuali dalam tiga perkara....alhadits." Nasai meriwayatkan sebuah haditsnya yang lain dalam Al-Kubra,mengenai keutamaan :"Qul huwallaahu ahad."

Ummu Kultsum meriwayatkan dari Nabi SAW 10 hadits, di antaranyasebuah hadits diriwayatkan dalah shahihain, yang disepakati Bukhari danMuslim. Ummu Kultsum binti Uqbah telah beriman sendirian, tanpa seoranglaki-laki pun di rumahnya. Dia tinggalkan tempat pingitan dan keamananserta ketenangannya di bawah kegelapan seorang diri. Kedua kakinya berjalanmelalui gunung-gunung dan padang pasir di antara Mekkah dan Madinah, menujutempat perlindungan agama dan negeri hijrahnya. Dia berhijrah kepada RasulAllah SAW kemudian disusul oleh ibunya yang mengikuti jejak dan berhijrahseperti dia. Dia tinggalkan para pemuda dalam keluarganya dan orang-orangtua mereka yang tetap terombang-ambing dalam kesesatannya. [Al-Ishaabah,juz 8, halaman 275].

Kata-kata Ummu Kultsum kepada Rasulullah SAW akan tetap menjadicahaya yang menerangi jalan bagi setiap wanita muda yang beriman kepadaTuhannya :"Wahai, Rasulullah, apakah Anda akan kembalikan aku kepadaorang-orang kafir yang menggangguku, supaya aku tinggalkan agamaku, sedang-kan aku tidak bisa bersabar ? Dan bukankah telah Anda ketahui keadaan wanitayang lemah ? Sesungguhnya ada perjanjian yang menyebutkan syarat untuk me-nolak setiap orang yang masuk Islam dari Mekkah dan berhijrah ke Medinah,baik laki-laki maupun perempuan."

Maka turunlah ayat Al-Qur'an :"Apabila datang kepadamu wanita-wanita beriman yang berhijrah, maka ujilah (keimanan) mereka." Maka NabiSAW bersabda :"Demi Allah, tidaklah kalian keluar, kecuali karena mencintaiAllah SWT dan Rasul-Nya SAW serta Islam. Kalian tidak keluar karena suamimaupun harta. Apabila mereka ucapkan itu, maka mereka tidak kembali kepadaorang-orang kafir."

Sunday, February 19, 2006

SIUL UNDAN HIJAU UNTUK ABU THALHAH


"Infiruu khifafaw watsiqaala",berangkatlah kamu sekalian dalam keadaan merasa ringanataupun berat.

Berhenti pada ayat ini, At Taubah:41, suami ummu Sulaim,Abu Thalhah RA, tersentak. Ia yang kini sudah rentadimakan usia dengan putera-putera yang sudah dewasa,seperti terbangun dari tidur pulasnya. Dia sudah berumurlanjut, namun ayat ini diyakini berlaku untuk dirinya,bahkan dirasakan ayat ini khusus ditujukanuntuk dirinya, berdialog, mengingatkan dan membangkitkangelora lama yang tetap hangat dalam dadanya. Hatinyaberdetak keras, wajahnya memerah, suaranya lantang mengge-legar, " wahai anak-anakku, tolong siapkan segala perlengkapanperangku", teriaknya.

Mendengar perintah lantang sang ayah, putera-putera abu thalhah,yang juga singa-singa Allah terkejut. Tidak terlalu tuakah bagisang ayah untuk turut ke medan perang ?Mereka bertanya-tanya dan mencoba menahan.

"Ayah, engkau telah berperang bersama Rasulullah SAW sehinggabeliau wafat. Engkaupun turut serta berjihad bersama khilafahabu bakar sampai beliau dipanggil Allah.Ayah, engkaupun tak pernah tertinggal dalam menegakkan kalimatullahbersama umar bin khattab sampai beliaupun mendahului kita menghadapAllah Rabbul Izzati.Karenanya, ayah, sekarang cukuplah kami putera-puteramu, penerusmuyang terjun ke medan bersama do'a mu".

Abu thalhah diam, tegak bak spink, wajahnya tetap memerah, namunsuaranya sudah kembali lembut, "wahai anakku siapkanlah perlengkapanperangku. Tidakkah engkau mengetahui, bahwa Allah telah memanggilkita yang muda maupun yang tua, infiruu khifafaw watsiqaala".
Dia pun berangkat tak tercegah, menuju medan tempur laut dan mendapatkemuliaan syahid di tengah lautan. Setelah satu pekan perjalanan laut,barulah ditemukan daratan untuk mengebumikan jasad asy syahid.Yang luar biasa adalah sampai saat dikebumikan, tubuhnya takberubah sedikitpun.

Abu thalhah beroleh syahid yang diidamkannya.
Inilah sosok mu'min tang telah dirasuki roh Al Qur'an, tercelup pekatsibgha Allah. "Dirinya" telah hilang, hawa nafsu telah terkalahkan,belenggu dan jerat-jerat dunia telah tersiasati.Tinta Rabbani telah menulisi jasad bergerak abu thalhah, membentukjiwa kokoh, tegar namun tawadlu. Warna hatinya hanya satu "Allah"dan hanya "Allah", cinta akan jihad, burung undan hijau--surgatanpa hisab.

Itulah abu thalhah dan kita adalah penerusnya, insya Allah.

Friday, February 17, 2006

ZAID BIN TSABI
Sekretaris RasuluLlah


Zaid bin Tsabit termasuk "group sahabat junior". Ia 10 tahunlebih muda dari pada Ali ibn Abi Thalib. Zaid dilahirkan 10 tahunsebelum hijrah. Orang tuanya, yang berasal dari kabilah Banian-Najjar, adalah termasuk kelompok awal penduduk Madinah yangmenerima Islam. Di bawah bimbingan dan pendidikan orang tuanya,Zaid tumbuh menjadi seorang pemuda cilik yang cerdas danberwawasan luas. Ia mempunyai daya tangkap dan daya ingat yangmelebihi rekan-rekan seusianya saat itu.

Pada saat-saat penantian kedatangan RasuluLlah dan Abu Bakardi Madinah dari Makkah, Zaid bin Tsabit termasuk mereka yangsebentar-bentar pergi ke tepi kota melihat kalau-kalau SangJunjungan tercinta telah datang. Betapa berbunganya hati kaummuslimin Madinah melihat RasuluLlah memasuki batas kota. Merekamenyambut dengan rasa syukur, dan menawarkan rumah-rumah merekakepada RasuluLlah. Berlainan dengan yang lain, pemuka Bani Najjartidak menawarkan rumah-rumah mereka, tapi menawarkan pemudaanggota kabilah mereka: Zaid bin Tsabit kepada RasuluLlah, untukditerima sebagai asisten beliau di bidang kesekretariatanmengingat kecerdasannya yang luar biasa dalam bidang ini.

Betapa girangnya hati sang pemuda cilik ini, dapat membantudan selalu berdekatan dengan Utusan Allah yang ia cintai.RasuluLlah SAW pun gembira dan menerima tawaran pemuka BaniNajjar. RasuluLlah sangat mencintai sahabat ciliknya yang ketikaitu baru berusia 11 tahun. Zaid bin Tsabit tidak mengecewakanRasuluLlah, dalam waktu sangat singkat dia dapat menuliskan danmenghafal 17 surat Al-Qur'an. Disamping tugasnya sebagaisekretaris untuk menuliskan dan menghafal wahyu yang baruditerima RasuluLlah, Zaid pun mendapat assignment dari RasuluLlahuntuk mempelajari bahasa Ibrani dan Suryani, dua bahasa yangsering dipergunakan musuh Islam pada waktu itu. Kedua bahasa inidikuasai oleh Zaid dalam waktu sangat singkat, 32 hari!

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Zaid bin Tsabit mendapattugas sangat penting untuk membukukan Al-Qur'an. Abu Bakar RAmemanggilnya dan mengatakan, "Zaid, engkau adalah seorang penuliswahyu kepercayaan RasuluLlah, dan engkau adalah pemuda cerdasyang kami percayai sepenuhnya. Untuk itu aku minta engkau dapatmenerima amanah untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an danmembukukannya." Zaid, yang tak pernah menduga mendapat tugasseperti ini memberikan jawaban yang sangat terkenal dalam memulaitugas beratnya mengumpulkan dan membukukan Al-Qur'an:

"Demi Allah, mengapa engkau akan lakukan sesuatu yang tidak RasuluLlah lakukan? Sungguh ini pekerjaan berat bagiku. Seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah bukit, maka hal itu tidaklah seberat tugas yang kuhadapi kali ini."

Akhirnya dengan melalui musyawarah yang ketat, Abu Bakar RAdan Umar bin Khattab dapat meyakinkan Zaid bin Tsabit dan sahabatyang lain, bahwa langkah pembukuan ini adalah langkah yang baik.Hal-hal yang mendorong segera dibukukannya Al-Qur'an, adalahmengingat banyaknya hafidz Qur'an yang syahid. Dalam pertempuran"Harb Ridah" melawan Musailamah Al-Kazzab, sebanyak 70 sahabatyang hafal Qur'an menemui syahid.

Dengan pertimbangan-pertimbangan ini, Zaid bin Tsabitmenyetujui tugas ini dan segera membentuk team khusus. Zaidmembuat dua butir outline persyaratan pengumpulan ayat-ayat.Kemudian Khalifah Abu Bakar menambahkan satu persyaratan lagi.Ketiga persyaratan tersebut adalah:
  1. Ayat/surat tersebut harus dihafal paling sedikit 2 orang.
  2. Harus ada dalam bentuk tertulisnya (di batu, tulang, kulit dan bentuk "hardcopy" lainnya).
  3. Untuk yang tertulis, paling tidak harus ada 2 orang saksi yang melihat saat dituliskannya.
Dengan persyaratan tersebut, dimulailah pekerjaan yang beratini oleh Zaid bin Tsabit yang membawahi beberapa sahabat lain.Pengumpulan dan pembukuan dapat diselesaikan masih pada masakekhalifahan Abu Bakar.
MUSH'AB BIN 'UMAIR
Utusan Sang Utusan
Sepulang dari mengikat janji dengan RasuluLlah di lembah Aqabah, ummat Islam Yastrib segera pulang kembali ke kotanya dan mulai menyusun strategi da'wah yang akan diterapkan di Yastrib. Situasi "ipoleksus" Yastrib saat itu benar-benar memerlukan pemikiran dan kerja bersama untuk menghadapinya. Saat itu jalur ekonomi dan politik dikuasai oleh orang-orang Yahudi. Sistem riba yang diterapkan Yahudi sangat mengganggu roda perekonomian, dimana kesenjangan antara kaya dan miskin teramat kentara.

Sementara itu kesatuan masyarakat Yastrib yang terdiri dari berbagai suku, selalu dalam kondisi terpecah dan saling curiga, ditambah dengan intrik-intrik Yahudi yang selalu meniupkan rasa permusuhan di antara mereka. Opini umum saat itu juga dikuasai Yahudi. Kedaan diperparah dengan kepercayaan tradisi leluhur dan animisme yang membelenggu cara berpikir masyarakat. Singkatnya, jalan da'wah di Yastrib masih terasa teramat sulit.

Hasil pengamatan lapangan ini semua memerlukan analisis dan penyusunan strategi yang briliant, dan juga sekaligus "bil hikmah" serta "istiqomah". Perlu pendekatan kompromistis tanpa harus menyelewengkan nilai-nilai al-Islam. Mereka berpikir keras dan menyusun strategi. Akhirnya diputuskan untuk menempuh jalan da'wah sirriyyah (da'wah secara diam-diam).

Dalam musyawarah pasca Aqabah itu, diputuskan juga untuk menugaskan seseorang untuk menghadap RasuluLlah, meminta kepada beliau untuk mengirimkan seorang da'i dan instruktur ke Yastrib. Da'i ini dipandang sangat perlu untuk mengajar "alif-ba-ta"nya ajaran-ajaran Al-Qur'an, sekaligus menjadi "uswah" mereka dalam cara hidup yang Islami. Menurut mereka inilah cara terbaik untuk meningkatkan akselerasi da'wah di Yastrib, tanpa harus kehilangan arah.

RasuluLlah sangat menghargai nilai strategis yang telah diputuskan oleh kaum muslimin Yastrib, beliau juga sangat memahami obsesi yang mereka miliki saat itu. Akhirnya, beliau memutuskan untuk mengabulkan permohonan delegasi Yastrib, serta menunjuk Mush'ab al Khair bin 'Umair RA. Tentunya bukan tanpa alasan RasuluLlah memilih pemuda pendiam yang satu ini. Beberapa sisi kehidupan yang ada pada diri Mush'ab sangat menentukan dalam mengantarkannya menduduki jabatan penting ini. Ia adalah kader RasuluLlah hasil binaan dan tempaan madrasah Arqom bin Arqom. Dengan begitu kualitas dan taat asasnya sangat terjamin.

Mush'ab adalah tipe muslim yang mengutamakan banyak kerja. Dengan sikap "sami'na wa atho'na", Mush'ab menerima tugas yang diamanahkan RasululuLlah ke atas pundaknya. Jadilah ia seorang utusan dari Sang Utusan. Dengan segera, sesampainya di Yastrib, Mush'ab menemui para naqib (pimpinan kelompok) yang ditunjuk RasuluLlah di Aqabah. Dengan mereka, Mush'ab membuat outline langkah-langkah da'wah yang akan mereka lakukan. Untuk menghindari benturan langsung dengan masyarakat Yahudi, yang saat itu sangat geram karena mengetahui bahwa Nabi Terakhir ternyata bukan dari kalangan mereka, Mush'ab menetapkan untuk mempertahankan jalan da'wah secara sirriyyah. Disamping itu, ditetapkan untuk mempertinggi intensitas da'wah kepada beberapa kabilah, terutama Aus dan Khajraj, karena kedua kabilah ini dinilai sangat potensial dan merupakan kunci dalam memudahkan jalan da'wah.

Mush'ab bin Umair terjun langsung memimpin para naqib dalam berda'wah. Beliau berda'wah tanpa membagi-bagikan roti dan nasi atau jampi-jampi. Ia meyakini Islam ini adalah dienul-haq, dan harus disampaikan dengan haq (benar) pula, bukan dengan bujukan apalagi paksaan. Mush'ab terkenal sangat lembut namun tegas dalam menyampaikan da'wahnya, termasuk ketika ia diancam dengan pedang oleh Usaid bin Khudzair dan Sa'ad bin Muadz, dua pemuka Bani Abdil Asyhal. Dengan tenang, Mush'ab berkata: "Mengapa anda tidak duduk dulu bersama kami untuk mendengarkan apa yang saya sampaikan? Bila tertarik, alhamduliLlah, bila tidak, kami pun tidak akan memaksakan apa-apa yang tidak kalian sukai." Keduanya terdiam dan menerima tawaran Mush'ab, duduk mendengarkan apa yang dikatakannya. Mereka ternyata tidak hanya sekedar tertarik, dengan seketika keduanya bersyahadat ... dan tidak itu saja mereka kembali kepada kelompok masyarakatnya dan mengajak mereka semua memeluk Islam.

Demikianlah, satu persatu kabilah-kabilah di Yastrib menerima Islam. Hampir semua anggota kedua kabilah besar: Aus dan Khajraj, mau dan mampu menerima Islam. Gaya hidup terasa mulai berubah di Yastrib. Lingkaran jamaah muslim semakin melebar, hampir di setiap perkampungan ditemui halaqah-halaqah Al-Qur'an.

Potensi ummat telah tergalang, namun demikian Mush'ab tidak lantas merasa berwenang untuk memutuskan langkah da'wah selanjutnya. Untuk itu Mush'ab mengirim utusan kepada RasuluLlah untuk meminta pendapat beliau mengenai langkah da'wah selanjutnya, apakah perlu diadakan "show of force" dengan sholat berjamaah.

Musim haji tiba! Mush'ab bersama tujuh puluh-an muslim Yastrib menuju Makkah dengan tujuan utama menemui pimpinannya: RasuluLlah SAW, untuk melaporkan hasil dan problema da'wah di Yastrib, serta mengantarkan para muslimin Yastrib untuk berbai'ah kepada RasuluLlah SAW. Mush'ab tidak berlama-lama di kampung halamannya, karena tugasnya di Yastrib telah menanti. Beliau segera kembali bersama rombongan menuju ke Yastrib untuk semakin menggiatkan aktifitas da'wah, serta mempersiapkan kondisi bila sewaktu-waktu RasuluLlah dan muslimin Makkah berhijrah ke Yastrib. Penerapan nilai-nilai Islam di Yastrib berjalan mulus, murni dan konsekuen. Kaum Yahudi tidak banyak berbicara, mereka melihat kekuatan muslimin yang semakin besar, sulit untuk dipecah. Singkatnya, saat itu, kota Yastrib dan mayoritas penduduknya telah siap secara aqidah dan siyasah (politik). Mereka dengan antusias menantikan kedatangan RasuluLlah dan muslimin Makkah.

Akhirnya, sampailah para muhajirrin dari Makkah di Madinah ...Islam berkembang semakin luas dan kuat. Pada titik ini, bukan berarti Mush'ab minta pensiun, karena beliau menyadari bahwa tugas seorang da'i tak kenal henti. Beliau tetap terlibat aktif dalam da'wah dan peperangan. Beliau mendapatkan syahid-nya di medan pertempuran Uhud. RasuluLlah sangat terharu sampai menitikkan air mata ketika melihat jenazah Mush'ab. Kain yang dipakai untuk mengkafaninya tidak cukup, bila ditarik untuk menutupi kepalanya, tersingkaplah bagian kakinya, dan bila di tarik ke bawah, tersingkaplah bagian kepalanya. RasuluLlah terkenang dengan masa muda pemuda Quraisy ini yang mempunyai puluhan pasang pakaian yang indah-indah. Saat itulah RasuluLlah membaca bagian dari surat al-Ahzab ayat 23:

"Sebagian mu'min ada yang telah menepati janji mereka kepada ALlah, sebagian mereka mati syahid, sebagian lainnya masih menunggu, dan mereka memang tidak pernah mengingkari janji."

Mush'ab bin 'Umair wafat dalam usia belum lagi 40 tahun. Ia masih muda, tidak sempat melihat hasil positif dari kerja akbar yang telah dilakukannya. Semoga ALlah Rabbul Jalil merahmati Mush'ab al-Khair bin 'Umair

Monday, February 13, 2006

MAJA'AH AS-SADUSI:
Prajurit All-Round
Ikhwan/akhwat fiLlah, saya ingin mengajak anda berta'arufdengan: Maja'ah As-Sadusi. Mungkin tidak banyak di antara kitayang mengenal atau mendengar nama pahlawan Islam yang satu ini.Kepahlawanannya diceritakan secara lengkap oleh Khalid MuhammadKhalid dalam bukunya "Enam Puluh Sahabat RasuluLlah."
Kalau kita boleh terkagum-kagum dengan kehebatan tokoh-tokohfiktif semacam Rambo dan puluhan tokoh khayali lain dariHollywood, maka selayaknya kita akan lebih berdecak kagum denganke"all-round"an tokoh nyata Maja'ah As-Sadusi ini. Selayaknyapula kita mengenalkan pahlawan-pahlawan Islam ini kepadaanak-anak kita dan juga kita sendiri. Sehingga dengan demikiankita dapat memperoleh ibroh dari para sahabat yang mendapatbinaan dan tarbiyah langsung dari RasuluLlah SAW.
Siapakah Maja'ah As-Sadusi? Ia adalah seorang prajurit biasa,tapi lebih dari itu ia adalah seorang prajurit teladan kesayangankhalifah Umar bin Khattab. Maja'ah memang mulai aktif dalamberbagai pertempuran menegakkan al-Haq pada masa akhirkekhalifahan Abu Bakr Ash-Shiddiq. Kesholehan dan keberanianserta kehandalannya, membuat Khalifah Umar bin Khattab selalumempercayainya untuk melakukan tugas-tugas berat dalam setiapekspedisi.
Maja'ah memang seorang prajurit "all-round". Dr. MuhammadKhalid menulis bahwa Maja'ah adalah seorang intel yang mampumenyusup ke dalam benteng pertahanan musuh tanpa dikenaliidentitasnya, dalam hal ini setara dengan Hudzaifah Ibnul Yaman,intel dalam perang Khandak. Disamping itu, ia juga merupakanpenunggang kuda dan pemanah yang ahli yang mampu mememanah suatusasaran dari jarak jauh dengan tepat, sambil memacu kuda dengankecepatan tinggi, dalam hal ini setara dengan sahabat RasuluLlahyang lebih senior yaitu: Al-Barra ibnul Malik.
Tidak itu saja, Maja'ah pun seorang prajurit yang ahlimemainkan pedang dan mampu melakukan duel simultan hinggamembunuh 200 tentara musuh dalam sebuah pertempuran. Dalam halini setara dengan SyaifuLlah: Khalid bin Walid. Dan keahliannyayang lain - ini yang tidak tertandingi oleh sahabat lain - adalahdalam hal menyelam. Ia adalah seorang penyelam ulung di dalamarus air yang kuat tanpa menggunakan peralatan selam. Maja'ah lahyang pertama kali membentuk "pasukan katak" dalam sejarah Islam,yaitu saat melakukan serangan ke benteng terakhir imperiumPersia: Tustar.
Wassalamu'alaikum

Sunday, February 12, 2006

SIUL UNDAN HIJAU UNTUK ABU THALHAH


"Infiruu khifafaw watsiqaala",berangkatlah kamu sekalian dalam keadaan merasa ringan ataupun berat.

Berhenti pada ayat ini, At Taubah:41, suami ummu Sulaim,Abu Thalhah RA, tersentak. Ia yang kini sudah rentadimakan usia dengan putera-putera yang sudah dewasa,seperti terbangun dari tidur pulasnya. Dia sudah berumurlanjut, namun ayat ini diyakini berlaku untuk dirinya,bahkan dirasakan ayat ini khusus ditujukanuntuk dirinya, berdialog, mengingatkan dan membangkitkangelora lama yang tetap hangat dalam dadanya. Hatinyaberdetak keras, wajahnya memerah, suaranya lantang mengge-legar, " wahai anak-anakku, tolong siapkan segala perlengkapanperangku", teriaknya.

Mendengar perintah lantang sang ayah, putera-putera abu thalhah,yang juga singa-singa Allah terkejut. Tidak terlalu tuakah bagisang ayah untuk turut ke medan perang ?Mereka bertanya-tanya dan mencoba menahan.

"Ayah, engkau telah berperang bersama Rasulullah SAW sehinggabeliau wafat. Engkaupun turut serta berjihad bersama khilafahabu bakar sampai beliau dipanggil Allah. Ayah, engkaupun tak pernah tertinggal dalam menegakkan kalimatullah bersama umar bin khattab sampai beliaupun mendahului kita menghadap Allah Rabbul Izzati. Karenanya, ayah, sekarang cukuplah kami putera-puteramu, penerusmuyang terjun ke medan bersama do'a mu".

Abu thalhah diam, tegak bak spink, wajahnya tetap memerah, namunsuaranya sudah kembali lembut, "wahai anakku siapkanlah perlengkapanperangku. Tidakkah engkau mengetahui, bahwa Allah telah memanggilkita yang muda maupun yang tua, infiruu khifafaw watsiqaala".
Dia pun berangkat tak tercegah, menuju medan tempur laut dan mendapatkemuliaan syahid di tengah lautan. Setelah satu pekan perjalanan laut, barulah ditemukan daratan untuk mengebumikan jasad asy syahid. Yang luar biasa adalah sampai saat dikebumikan, tubuhnya takberubah sedikitpun.

Abu thalhah memperoleh syahid yang diidamkannya.

Inilah sosok mu'min tang telah dirasuki roh Al Qur'an, tercelup pekatsibgha Allah. "Dirinya" telah hilang, hawa nafsu telah terkalahkan,belenggu dan jerat-jerat dunia telah tersiasati.Tinta Rabbani telah menulisi jasad bergerak abu thalhah, membentukjiwa kokoh, tegar namun tawadlu. Warna hatinya hanya satu "Allah"dan hanya "Allah", cinta akan jihad, burung undan hijau--surgatanpa hisab.

Itulah abu thalhah dan kita adalah penerusnya, insya Allah.

Saturday, February 11, 2006

ABDULLAH BIN ABBAS
Lisannya bertanya, Qalbunya mencerna
Di antara sahabat-sahabat RasuluLlah SAW, terdapat beberapasahabat kecil yang ketika melafadzkan syahadat mereka berusiasangat muda, atau ketika mereka dilahirkan, ayah bunda merekatelah muslim. Perhatian RasuluLlah SAW kepada para sahabat cilikini, tidak berbeda dengan sahabat-sahabat yang lainnya. Bahkanbeliau sangat memperhatikan mereka dan meluangkan waktu untukbermain, bicara dan menasehati mereka.

AbduLlah bin Abbas (Ibnu Abbas) adalah salah satu kelompoksahabat junior ini. Beliau dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah.Semenjak kecilnya, beliau sudah menunjukkan kecerdasan dan kesungguhannya terhadap suatu masalah. RasuluLlah mengetahui potensi besar yang ada pada anak muda ini, seperti halnya beliaumelihat potensi yang sama pada Ali bin Abi Thalib, Zaid binHaritsah dan sahabat-sahabat cilik lainnya.

RasuluLlah SAW sering terlihat berdua bersama si kecil AbduLlah bin Abbas. Suatu ketika, misalnya, RasuluLlah SAW mengajakIbnu Abbas RA berjalan-jalan seraya menyampaikan tarbiyahnyakepada pemuda cilik ini:

"Ya ghulam, maukah engkau mendengarkan beberapa kalimatyang sangat berguna?

Jagalah ALlah SWT (ajaran-ajaranNya), maka engkau akan mendapatkanNya selalu menjagamu. Jagalah ALlah SWT (larangan-laranganNya), maka engkau akan mendapatkanNya selalu dekat di hadapanmu. Kenalilah ALlah dalam sukamu, maka ALlah akan mengenalimudalam dukamu. Bila engkau meminta, mintalah kepada ALlah. Jikaengkau memerlukan pertolongan, mohonkanlah kepada ALlah. Semuahal (yang terjadi denganmu) telah selesai ditulis. Ketahuilah,seandainya semua makhluk bersepakat untuk membantumu denganapa yang tidak ditaqdirkan ALlah untukmu, mereka tidak akanmampu membantumu. Atau bila mereka berkonspirasi untuk menghalangi engkau mendapatkan apa yang ditaqdirkan untukmu, merekajuga tidak akan dapat melakukannya. Semua aktifitasmu kerjakanlah dengan keyakinan dan keikhlasan. Ketahuilah, bahwa bersabardalam musibah itu akan memberikan hasil positif; dan bahwakemenangan itu dicapai dengan kesabaran; dan bahwa kesuksesanitu sering dilalui lewat tribulasi; dan bahwa kemudahan itutiba setelah kesulitan.
[Hadist Riwayat Ahmad, Hakim, Tirmidzi]

Demikianlah rangkaian prinsip aqidah, ilmu dan 'amal yangmanakah hasil tarbiyah RasuluLlah itu? AbduLlah bin Abbas tumbuhmenjadi seorang muslim yang penuh inisiatif, haus ilmu, dekatdengan ALlah dan Rasul-Nya.

Suatu ketika, Ibnu Abbas ingin mengetahui secara langsungbagaimana cara RasuluLlah shalat. Untuk itu, ia sengaja menginapdi rumah bibinya: ummahatul mu'minin, Maimunah bint al-Harist.Ketika itu ia melihat RasuluLlah bangun tengah malam dan pergiberwudhu. Dengan sigap Ibnu Abbas membawakan air untuk berwudhu,dengan demikian ia dapat melihat sendiri bagaimana RasuluLlahberwudhu. RasuluLlah - sang murobbi agung itu - tidak menyepelekan hal ini, beliau mengelus dengan lembut kepala Ibnu Abbas,seraya mendo'akan: "Ya ALlah, faqih-kanlah ia dalam perkaraagama-Mu, dan ajarilah ia tafsir Kitab-Mu."

Kemudian RasuluLlah berdiri untuk sholat lail yang dimakmumioleh isteri beliau, Maimunah. Ibnu Abbas tak tinggal diam, diasegera berdiri di belakang RasuluLlah SAW; tetapi RasuluLlahkemudian menariknya agar ia berdiri sedikit berjajar dengannya.Ibnu Abbas berdiri sejajar dengan RasuluLlah, tetapi kemudian iamundur lagi ke shaf belakang. Seusai sholat, RasuluLlah mempertanyakan sikap Ibnu Abbas ini, dan dijawab oleh Ibnu Abbas bahwarasanya tak pantas dirinya berdiri sejajar dengan seorang UtusanALlah SWT. RasuluLlah ternyata tidak memarahinya, bahkan beliaumengulangi do'anya ketika berwudhu tadi.

Ketika Ibnu Abbas berusia 13 tahun, RasuluLlah wafat. Beliausangat merasa kehilangan. Tapi hal ini tidak menjadikannya bersedih atau lemah. Dengan segera ia mengajak teman sebayanya untukbertanya dan belajar pada sahabat-sahabat senior mengenai apasaja yang berkenaan dengan RasuluLlah dan ajaran al-Islam. LogikaIbnu Abbas, saat itu mengatakan bahwa para sahabat masih beradadi Madinah, inilah kesempatan terbaik untuk menimba ilmu daninformasi dari mereka, sebelum mereka berpencaran ke kota-kotalain atau sebelum mereka wafat. Namun sayang, ajakan ini tidakditanggapi oleh rekan-rekan sebayanya, karena mereka rata-rataberanggapan bahwa para sahabat senior tidak akan memperhatikanpertanyaan anak-anak kecil macam mereka.

Ibnu Abbas tak patah arang. Beliau sendiri mendatangi parasahabat yang diperkirakan mengetahui apa saja yang ingin iatanyakan. Dengan sabar, beliau menunggu para sahabat pulang darikerja keseharian atau da'wahnya. Bahkan kalau sahabat tadi kebetulan sedang berisitirahat, Ibnu Abbas dengan sabar menanti didepan pintu rumahnya, hingga tertidur, tergolek beralaskan pakaiannya. Tentu saja para sahabat terkejut menemui Ibnu Abbas tertidur di muka rumahnya, "Oh keponakan RasuluLlah, ada apa gerangan?Kenapa tidak kami saja yang datang menemuimu, bila engkau adakeperluan?" "Tidak,"kata Ibnu Abbas, "sayalah yang harus datangmenemui anda."

Demikianlah masa kecil Ibnu Abbas. Bagaimana dengan masadewasanya?

beliau katakan sebagai seorang muda yang berwawasan dewasa, yanglisannya selalu bertanya dan qalbunya selalu mencerna. Umar binKhattab selalu mengundang Ibnu Abbas dalam majelis syuro'nyadengan beberapa sahabat senior, dan beliau selalu berkata kepadaIbnu Abbas agar ia tidak perlu sungkan menyampaikan pendapat.Inilah bentuk tarbiyah lain yang diperoleh oleh Ibnu Abbas,dengan selalu berada dalam kalangan sahabat senior.

Dalam masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA, beliau bergabung dengan pasukan muslimin yang berekspedisi ke Afrika Utara,di bawah pimpinan AbduLlah bin Abi-Sarh. Beliau terlibat dalampertempuran dan juga dalam da'wah di sana. Di masa pemerintahanAli bin Abi Thalib RA, Ibnu Abbas mengajukan permohonan untukmenemui dan berda'wah kepada kaum Khawarij. Melalui dialog dandiskusinya yang intens, sekitar 12.000 dari 16.000 khawarijbertaubat dan kembali kepada ajaran Islam yang benar.

AbduLlah bin Abbas, yang muda yang ulama, wafat dalam usia 71tahun pada tahun 68H. Sahabat Abu Hurairah RA, berkata "Hari initelah wafat Ulama Ummat. Semoga ALlah SWT berkenan memberikanpengganti AbduLlah bin Abbas."